“Mata yang bersinar-sinar menyukakan hati; dan kabar yang baik menyegarkan”. [Amsal 15 : 30].
Frances Luke menerima berita yang menakutkan bahwa ia mungkin menderita tumor otak ganas, dan dia dianjurkan memeriksanya di Barrow Neurological Institute di Phoenix, Arizone, untuk dianalisa lebih lanjut. Jika perlu, operasi otak dilaksanakan di sana.
Seorang teman yang dapat menemani Frances yang juga dijadwalkan untuk operasi, namun batal pergi. Jadi dengan perasaan ketakutan dan kesendirian, ia menelepon Southwest Airlines untuk memesan tempat. Ketika ia berbicara dengan Jonnivar D’Amgelo, representatif Southwest, tiba-tiba ia terhenti bicara. Jonnivar mengisahkan, bahwa Frances ingin menelepon kembali, tetapi saya mengatakan, “Tidak, tetap tahan telponnya. Kita akan berbicara. Sabarlah”.
Jonnivar mengatur penerbangannya dan reservasi hotel, dan ia juga memberitahu Frances bahwa ia akan menjemputnya di bandara dan membawanya ke dokter.
Dengan bunga di tangannya, Jonnivar menemui Frances di pesawat. “Sekarang engkau mempunyai teman di Phoenix”, kata Jonnivar.
Operasi otak dilaksanakan, dan ternyata tumor otak yang diderita oleh Frances tersebut tidak ganas. Setiap hari Jonnivar menelepon atau mengunjungi Frances di rumah sakit, dan ia mengajak makan malam bersama beberapa kali. Sebagai tanda terima kasih, Frances membeli sebuah pin emas dan menghadiahkannya pada Jonnivar. “Engkau tidak akan menemui seseorang yang menerima orang asing seperti dia”, kata Frances, mengagumi akan keberuntungannya.
Hal yang perlu dicamkan
Kita harus mengingatkan diri kita sendiri bahwa kita mempunyai tanggungjawab terhadap mereka yang membutuhkan karena Yesus telah memberi contoh pada kita. Ia singkirkan kehidupan-Nya yang megah di sorga dan datang berjalan di jalan-jalan berdebu di Timur Tengah karena Dia ingin ikut serta dalam kehidupan kita. Akhirnya, Dia datang mengorbankan kehidupan-Nya sebagai ganti kehidupan kita. Apakah kita bersedia berlaku demikian kepada orang lain?
Menunjukkan keharuan berarti ikut aktif bersama orang-orang berkesusahan dan menjadikan persoalan mereka adalah persoalan kita juga. FBL/