“Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: … mereka berlari dan tidak menjadi lesu dan mereka berjalan tidak menjadi lelah”. [Yesaya 40 : 31].
Pada umur 15 tahun, Carl Lewis, seorang Warga Negara Amerika Serikat yang berkulit hitam (Black American / Afro – American) menatap mata pelatih sepak bola yang ia kagumi. Musim sepak bola telah berakhir, dan kata-kata sang pelatih hampir mematahkan hati Carl. Kata pelatih “Engkau tidak akan pernah mencapai sesuatu. Engkau memalukan, engkau bukan apa-apa”.
Carl Lewis berjuang mengatasi kata-kata yang mematahkan semangat itu, malahan ia harus menghadapi perjuangan tak henti-hentinya mengatasi luka hati sewaktu di SMP (Junior High School). Akan tetapi keluarga dekatnya memberi semangat agar Carl tetap berlatih. Ia kemudian mendapat jalan untuk mengikuti kompetisi nasional lari cepat.
Di tahun 1981, suatu dimensi lain ditambahkan pada kehidupannya. Pada kejuaraan atletik NCAA di Boston Rouge, Carl diundang ke suatu kebaktian gereja. Di sana, sungguh pun ia telah tahu tentang Yesus, barulah ia mengundang Dia dalam kehidupannya. Setelah menerima Yesus, ia pun membagi perasaannya kepada keluarganya tentang keputusan barunya menerima Yesus. Kakak laki-lakinya pergi bersama dia ke gereja berikutnya, diikuti oleh kakak perempuan dan orang tuanya.
iga tahun kemudian, tahun 1984, dalam Olimpiade di Los Angeles, impiannya terwujud. Ia memenangi empat medali emas, menyamai rekor Jesse Owen (atlit atletik Amerika Serikat yang juga berkulit hitam di tahun 1920 – an). Carl mengatakan,” Ketika saya sedang berkompetisi, saya mempunyai kedamaian pikiran. Saya merasa tidak ada yang lain di dunia saat itu, Saya mencari pertolongan Tuhan biarpun dalam hal-hal paling sederhana”.
Catatan: Frederick Carlton Lewis, adalah atlit AS pelari cepat dan pelompat jauh, yang memenangi 10 medali Olimpiade, 9 di antaranya emas, dan 10 medali Kejuaraan Dunia, di antaranya 8 emas. Ia mengundurkan diri pada tahun 1996 setelah memenangi medali emas lari 200 m di Olympiade Atlanta.
Hal yang perlu dicamkan
Sering kali, mimpi-mimpi menjadi kenyataan karena keberanian, disiplin, dan determinasi untuk mendapatkannya. Apakah para pemimpi itu mengenal Allah atau tidak, mereka sering bertekad untuk mencapai tujuan dan memperoleh apa yang mereka ingini. Akan tetapi berapa banyak hadiah yang diperoleh bila bersekutu dengan Allah dalam mimpi – mimpi atau cita-cita? Dengan kuasa supernatural Allah yang bekerja pada kita, kita tahu bahwa Ia mempunyai tujuan lebih tinggi untuk keberhasilan kita daripada kepuasan diri sendiri sewaktu mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan.
Allah bekerja dalam mimpi-mimpi kita untuk memenuhi kehendak-Nya bagi kehidupan kita. FBL.